Langsung ke konten utama

SEJARAH PERADABAN ISLAM: DAKWAH NABI

Dakwah Rasulullah SAW dan Tantangan Kafir Quraisy di Mekkah.

A. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsaniatau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in. Dalam keluarga yang dipakai oleh kabilah-kabilah Arab, yaitu: adat menjaga dn membela perempuan,dan memandang kehormatan perempuan itu lebih tinggi harganya dari pada jiwa, harta dan anak pinak. Telah menjadi kebiasaan bagi mereka membawa perempuan-perempuan ke medan perang. Perempuan-perempuan itu diletakkan dibelakang balatentara yang berperang, dengan maksud agar mereka selalu ingat bahwa kekalahan berarti kehormatan mereka akan diinjak-injak oleh musuh.

Pada pertempuran Dzi Qar yang terjadi antara bangsa Persia dengan Kabilah Bakr tampillah seorang perempuan dari Bani Ajal menyanyikan sebuah lagu untuk menghasung kaum laki-laki yang sedang bertempur, agar mereka bertempur dengan tabah dan mati-matian.
Nyaniyan itu digubahnya dalam sebuah sajak yang berbunnyi:

“ Kalau kamu dapat mengalahkan musuh, kita berpeluk-pelukan. Kita hamparkan permadani.
Tetapi kalu kamu kamu yang kalah, kita bercerai.
Cerai sebagai orang yang tak perbah mencintai.”[1]

Tidak jarang pula penghargaan kepada perempuan telah menyeleweng dan berlebih-lebihan sampai menimbulkan bencana, serta menyebabkan perbuatan-perbuatan yang memberi malu dan noda.

B. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
1.Keesaan Allah SWT
2. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
3. Kesucian jiwa
4. Persaudaraan dan Persatuan

Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sesudah Abu Thalib dan Khadijah meninggal dunia, Nabi melihat penganiayaan Quraisy terhadap beliau dan sahabat-sahabatnya semakin menjadi-jadi, di luar peri kemanusiaan dan sopan santun. Beliau yakin bahwa kota Makkah tidak sesuai lagi untuk dijadikan pusat da’wah.

Karena itu, dibuatlah khittah(rencana), akan mejalankan seruan agama Islam ke luar kota Makkah, dengan pengharapan akan dapat menemukan suatu tempat lain yang sesuai untuk dijadikan pusat da’wah. Nabi mulai mengunjungi beberapa negeri sambil memperkenalkan diri dan memperkenalkan pokok-pokok agama baru itu kepada penduduk.

Akan tetapi Nabi senantiasa juga menemui kesengsaraan dan kesulitan-kesulitan. Kerapkali beliau mendengar penduduk negeri-negeri itu mengejek: “ Sekiranya kata-kata yang diserukannya itu baik, tentu family dan kerabat-kerabatnyalah yang akan menerima lebih dulu”.

Diantara peristiwa-peristiwa yang amat menyakiti Nabi, ialah peristiwa yang dialami Nabi di Thaif. NAbi menyeru kepada orang-orang terkemuka di kota itu agar mentauhidkan Tuhan. Mereka tidak mau menerima seruan itu, dan tidak mereka tolak saja, tetapi dikerahkannya pemuda-pemuda, dan orang-orang jahat untuk mencaci maki,mempersorakkan dan melempari Nabi dengan batu.[2] Nabi tidak berputus asa, biarpun dalam kesulitan yang semacam itu. Nabi hanya berseru:

“ Ya Tuhanku! Aku tiada akan memperdulikan kesulitan-kesulitan semacam ini selama Engkau tiada marah kepadaku!.”[3]

Sesudah peristiwa yang disebutkan itu, Nabi menjuruskan da’wah kepada jema’ah-jema;ah haji. Beliau temui jema’ah-jema’ah yang berdatangan dari seluruh penjuru tanah Arab itu. Diperkenalkannya dirinya, dan diperkenalkannya pula seruan Islam dan pokok-pokok ajaran agama baru itu kepada mereka.[4]Sementara itu, kaum quraisy sendiri tanpa mereka sengaja telah turut pula mem-propagandakan seruan Islam kepada jema’ah haji itu.

Kaum Quraisy mengutus beberapa orang kepada jema’ah-jema’ah haji, memperingatkan agar tiada tertipu oleh seruan Muhammad. Dikatakannya Muhammad itu seorang gila, juru sihir dan lain sebagainya.

Akan tetapi campur tangan kaum Quraisy menimbulkan keinginan jema’ah-jema’ah haji hendak menemui Muhammad agar mereka dapat melihat dengan mata kepala mereka sendiri penyeru agama baru itu. Mereka akan menguji sampai dimana kebenaran ucapan kaum Quraisy berkenan dengan Muhammad dan seruannya itu.

Jadi, Muhammad yang sedianya akan berusaha menemui orang, sekarang oranglah yang berdatangan menemuinya, ada yang sembunyi-sembunyi atau dengan terang-terangan.

Mereka datang dengan maksud akan melihat orang gila. Akan tetapi bukan orang gila yang mereka temui, namun orang yang paling cerdas akal dan fikirannya di antara segala hamba Allah. Dengan menjumpai Muhammad, mereka dapat mendengar al Quranul Karim, dapat mendengar seruan, buah fikiran, agama dan filsafat Muhammad.

C. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:

1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.

2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.

3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.

4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.


Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
a. Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
b. Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.

Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).




[1]Baca Ayyamul, Arab fil Jahiliah, oleh Djad’al Maula cs:31
[2] Ibnu Hisyam I : 260
[3] Ibnu Qaiyim Zadul Ma’ad I : 46
[4] Ibnu Hisyam I : 263

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadits Riwayah, Hadits Dirayah dan Cabang- cabang Ilmu Hadits

            1. Hadits Riwayah Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Ilmu hadis riwayah, secara bahasa, berarti ilmu hadis yang berupa periwayatan. Para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan ilmu hadis riwayah , namun yang paling terkenal di antara definisi-definisi tersebut adalah definisi Ibnu Al-Akhfani, yaitu , ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW, periwayatannya, pencatatannya, dan penelitian lafazh-lafazhnya. 1 Objek kajian ilmu hadits riwayah adalah segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW, sahabat , dan tabi’in, yang meliputi: Cara periwayatannya, yakni cara penerimaan dan penyampaian hadis seorang periwayat (rawi) kepada periwayat lain; · Cara pemeliharaan, yakni penghafalan, penulisan, dan pembukuan hadits. Ilmu hadits riwayah bertujuan agar umat Islam menjadikan Nabi SAW sebagai suri teladan melalui pemahaman terhadap riwayat yang berasal darinya dan mengam

MAHKUM FIH dan MAHKUM ALAIH Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh-Ushul-Fiqh

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Usul Fiqh  adalah suatu ilmu yang mengungkap tentang berbagai metode yang dipergunakan oleh para mujtahid dalam menggali dan menapak suatu hukum syari’at dari sumbernya yang telah dinashkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Atas dasar nash syar’i para ulama mujtahid mengambil ‘illat (ketetapan) yang menjadi dasar penetapan “Hukum” dalam mencapai kemaslahatan yang menjadi tujuan utama adanya syari’at ini. Ushul Fiqh sebagai suatu ilmu dapat dipandang terdiri atas sekumpulan metodologi atau kaidah yang menjelaskan bagaimana para ulama mujtahid mengambil hukum dari dalil-dalil yang tertulis dalam al-Qur’an dan al-Sunnah B.      Rumusan Masalah 1.       Apa yang dimaksud dengan mahkum fih? 2.       Apa saja syarat-syaratnya? 3.       Apa yang dimaksud dengan mahkum alaih? 4.       Apa saja syarat-syaratnya? 5.       Apa saja hal-hal yang menghalangi taklif  ( beban hukum) C.     Tujuan Untuk bahan materi mahasiswa yang membahas te

MAKALAH ILMU DAKWAH 2 Perkembangan Teori Keilmuan Dakwah dan Hubungannya dengan Ilmu Bantu

MAKALAH ILMU DAKWAH 2 Perkembangan Teori Keilmuan Dakwah dan Hubungannya dengan Ilmu Bantu Dibimbing oleh Ibu Kalsum Minangsih, MA. Disusun oleh Kelompok 2: JAINUN. NONI ( PMI 4/ 1112054000013 ) LILIS. OKVIYANI (PMI 4/ 1112054000002) FADEL MUHAMMAD ANUGRAH ( KPI 4/ 1112051000113 ) FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PENGEMBANGAN MASAYARAKAT ISLAM KATA PENGANTAR Puju syukur kami haturkan kehadirat allah SAW, karna berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah  Ilmu Dakwah  2 tepat pada waktu nya. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Kalsum Minangsih , MA . S ebagai dosen pengampu Ilmu dakwah. Makalah ini berisi pembahasan tentang “Perkembangan Teori Keilmuan Dakwah serta Hubungannya dengan Ilmu Bantu”. Dimana ilmu-ilmu tersebut yang saling berkaitan satu sama lain. Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan agar kami dapat le